Peserta Ujian Semester-an Mengisi Lembar Jawaban

Suasana keseriusan dan penuh khidmat di kelas ruang ujian pada Ujian Semester Ganjil Tahun 2016.

Para Teachers Ceria dan Semangat dalam Membimbing Belajar

Para Teachers siap memberikan arahan, bimbingan pembelajaran kapan dan dimanapun, di kelas maupun di jam pelajaran.

Apresiasi Peserta Didik dalam Pembelajaran di Ruang Kelas Bersama Teachers

Anak didik tidak merasakan lelah, kebosanan dengan metode pembelajaran yang Active Learning dari para Teacher berpengalaman.

Pendampingan Siswa/i dalam Kegiatan Pembelajaran

Pendampingan terhadap anak didik yang diberikan Teachers merupakan kunci sukses dalam pembelajaran di BIC.

Keharmonisan Para Teacher dengan Sesama Tenaga Pendidik

Menjaga solidaritas dan harmonisasi sesama Tenaga Pendidik sangat memungkinkan berefek baik pada Peserta Didik.

Selasa, 28 Februari 2017

Shalatlah...

Kerugian meninggalkn sholat :

Subuh: Cahaya wajah akan pudar.

Zuhur: Berkat pendapatan akan hilang.

Ashar: Kesehatan mulai terganggu.

Maghrib: Pertolongan anak akan jauh di akhirat nanti.

Isya': Kedamaian dalam tidur sukar didapatkan.

Kisah Luar Biasa Sahabat Nabi Yang Mengamalkan "لا حول ولا قوة إلا بالله"

Sahabat 'Auf bin Malik Al-Asyja'i pergi menemui Rasulullah SAW, dan berkata:

"Ya Rosulullah sesungguhnya anakku Malik pergi bersamamu berperang di jalan Allah dan ia belum pulang, apa yang harus saya perbuat? Padahal seluruh pasukan sudah pulang."

Rosulullah saw bersabda:

"Ya 'Auf perbanyaklah kamu dan istrimu mengucapkan

لا حول ولا قوة إلا بالله
Laa haula wa laa quwwata illa billah...  Tidak ada daya dan kekuatan selain dari Allah."

Auf pulang ke rumah dan istrinya sendiri menanti anaknya yang belum datang. Melihat suaminya datang istrinya bertanya:

"Wahai 'Auf apa yang diberikan Rosulullah SAW?"

Auf menjawab: Beliau mewasiatkan untuk ku dan kamu juga agar kita banyak mengucapkan

لا حول ولا قوة إلا بالله

Apa jawaban istri yang sholehah dan sabar ini?

"Ya, sungguh benar Rosulullah SAW"

Akhirnya mereka berdua duduk terus berdzikir dengan

لا حول ولا قوة إلا بالله

Sampai saat malam yang gelap tiba, seketika ada yang mengetuk pintu, dan Auf berdiri membuka pintu, ternyata yang datang adalah anaknya Malik membawa banyak sekali domba sebagai ghonimah.

Maka Auf bertanya: Apa ini?

Malik menjawab:

"Sesungguhnya musuh menangkapku dan mengikatku dengan rantai besi dan mengikat dua kakiku, maka ketika malam tiba saya berusaha keras untuk kabur tapi tidak bisa, karena kuatnya ikatan dikedua tangan dan kaki. Tiba-tiba ikatan borgol yang dari besi perlahan-lahan longgar sehingga ikatan dikedua tangan dan kaki bisa lepas. Maka saya bisa datang sekarang dengan kambing-kambing ghonimah ini."

Maka Auf berkata: "Wahai ananda bukankah jarak antara musuh dan kita jauh sekali? Bagaimana kamu bisa datang dalam waktu satu malam?"

Malik menjawab: "Wahai ayahanda, demi Allah ketika ikatan itu lepas saya merasa ada Malaikat yang membawa saya."

Maka Auf mendatangi Rosulullah saw untuk memberi kabar beliau.

Tapi sebelum Auf memberi kabar beliau.

Rosulullah saw mengatakan kepada Auf: "Wahai Auf bergembiralah bahwa Allah swt menurunkan ayatnya tentang urusanmu:

وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُ ۥ مَخۡرَجً۬ا (٢) وَيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُ‌ۚ وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُ ۥۤ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَـٰلِغُ أَمۡرِهِۦ‌ۚ قَدۡ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَىۡءٍ۬ قَدۡرً۬ا (٣

"Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (QS Ath-Thalaq:2-3)

Ketahuilah sesungguhnya

لا حولا ولا قوة إلا بالله

Adalah harta terpendam dibawah singgasana 'Arsy Ar-Rahman.

Ia adalah obat bagi 99 penyakit, yang paling ringan adalah penyakit gundah.

HADITS ANJURAN MEMATIKAN LAMPU SAAT MAU TIDUR

حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا هَمَّامٌ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ جَابِرٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَطْفِئُوا الْمَصَابِيحَ إِذَا رَقَدْتُمْ وَغَلِّقُوا الْأَبْوَابَ وَأَوْكُوا الْأَسْقِيَةَ وَخَمِّرُوا الطَّعَامَ وَالشَّرَابَ وَأَحْسِبُهُ قَالَ وَلَوْ بِعُودٍ تَعْرُضُهُ عَلَيْهِ

Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il telah menceritakan kepada kami Hammam dari 'Atha` dari Jabir bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Matikanlah kalian apabila kalian hendak tidur, dan tutuplah pintu rumah kalian, tutuplah wadah-wadah kalian serta tutup pula tempat makan dan tempat minum kalian -aku mengira beliau juga bersabda- walaupun hanya dengan sepotong kayu yang dapat menutupinya." (HR. Bukhari)

Pesan hadis ini dapat disarikan agar sebelum tidur hendaknya;
(i) mematikan lampu,
(ii) menutup pintu rumah,
(iii) menutup wadah,
(iv) memutup tempat makan dan tempat minum.

Hadis ini dapat difahami secara tekstual maupun konstektual. Secara tekstual, mempersiapkan tidur harus sebaik dan serapi mungkin. Lampu dimatikan, pintu ditutup rapat, wadah-wadah ditutup, dan tempat makanan dan minuman juga ditutup. Perintah ini, tentu memiliki manfaat.

Penelitian mengatakan,  mematikan lampu saat tidur bermanfaat untuk kesehatan. Diantranya menjadikan otak lebih fresh, karena tubuh beristirahat dengan optimal.

Tidur berkualitas; deep sleeping, sangat dibutuhkan setiap orang. Ciri utamanya saat tidur tidak bermimpi, bangun tidur tubuh sangat segar dan siap beraktivitas. Tidak ada sakit ini atau sakit itu. Tidak ada pusing-pusing. Tidak ada pula pegal-pegal. Jika ada, maka ada masalah dengan tubuhnya.

Untuk mendapatkan tidur berkualitas, seseorang dapat melakukan beberapa langkah penting. Diantaranya, (i) tidak tidur dalam keadaan perut kenyang, (ii) berwudhu dan bersiwak sebelum tidur, (iii) berdoa dan berzikir al-ma'tsurat sebelum tidur, (iv) tidur sebelum jam 23.00, dan (v) tidur dalam keadaan lampu mati.

Anjuran ini, merupakan diantara sunnah yang menyehatkan. Sehat secara lahiriyah dan sehat secara batiniyah. Berapa banyak orang yang tidak dapat tidur nyenyak. Tidak tidur berkualitas, yang pada akhirnya jatuh sakit. Banyak pula yang secara sadar maupun tidak mengabaikan pentingnya tidur berkualitas.

Dakwah....

▫# Dakwah itu membina, bukan menghina.

▫# Dakwah itu mendidik, bukan 'membidik'

▫# Dakwah itu mengobati bukan melukai.

▫# Dakwah itu mengukuhkan bukan meruntuhkan.

▫# Dakwah itu saling menguatkan, bukan saling melemahkan.

▫# Dakwah itu mengajak, bukan mengejek.

▫# Dakwah itu menyejukkan, bukan memojokkan.

▫# Dakwah itu mengajar, bukan menghajar.

▫# Dakwah itu saling belajar, bukan saling bertengkar.

▫# Dakwah itu menasehati bukan mencaci maki.

▫#Dakwah itu merangkul bukan memukul.

▫# Dakwah itu ngajak bersabar, bukan ngajak mencakar.

▫# Dakwah itu argumentative, bukan provokatif.

▫# Dakwah itu bergerak cepat, bukan sibuk berdebat.

▫# Dakwah itu realistis bukan fantastis.

▫# Dakwah itu mencerdaskan bukan membodohkan.

▫# Dakwah itu menawarkan solusi bukan mengumbar janji.

▫# Dakwah itu berlomba dalam kebaikan bukan berlomba saling menjatuhkan.

▫# Dakwah itu menghadapi masyarakat bukan membelakangi masyarakat.

▫# Dakwah itu memperbaharui masyarakat, bukan membuat masyarakat baru.

▫# Dakwah itu mengatasi keadaan bukan meratapi kenyataan.

▫# Dakwah itu pandai memikat, bukan mahir mengumpat.

▫# Dakwah itu menebar kebaikan bukan mengorek kesalahan.

▫# Dakwah itu menutup aib dan memperbaikinya, bukan mencari aib dan menyebarkannya.

▫# Dakwah itu menghargai perbedaan, bukan memonopoli kebenaran.

▫# Dakwah itu mendukung semua program kebaikan bukan memunculkan keraguan.

▫# Dakwah itu memberi senyum manis, bukan menjatuhkan vonis.

▫# Dakwah itu berletih-letih menanggung problema umat, bukan meletihkan umat.

▫# Dakwah itu menyatukan kekuatan, bukan memecah belah barisan.

▫# Dakwah itu kompak dalam perbedaan, bukan ribut mengklaim kebenaran.

▫# Dakwah itu siap menghadapi musuh bukan selalu mencari musuh.

▫# Dakwah itu mencari teman, bukan mencari lawan.

▫# Dakwah itu melawan kesesatan bukan mengotak-atik kebenaran.

▫# Dakwah itu asyik dalam kebersamaan bukan bangga dengan kesendirian.

▫# Dakwah itu menampung semua lapisan, bukan memecah belah persatuan.

▫# Dakwah itu kita mengatakan: "aku cinta kamu" bukan "aku benci kamu"

▫# Dakwah itu kita mengatakan: "Mari bersama kami" bukan "Kamu harus ikut kami".

▫# Dakwah itu "Biaya Sendiri" bukan "Dibiayai/Disponsori"

▫# Dakwah itu "Habis berapa ?" bukan "Dapat berapa ?"

▫# Dakwah itu "Memanggil/Mendatangi bukan "Dipanggil/Panggilan"

▫# Dakwah itu "Saling Islah" bukan "Saling Salah"

▫# Dakwah itu di masjid, di sekolah, di pasar, di kantor, di parlemen, di jalanan, hingga dimana saja, bukan hanya di pengajian.

▫# Dakwah itu dengan "Cara Nabi" bukan dengan "Cara Sendiri"

Isi resolusi JIHAD NU

Isi resolusi JIHAD NU :

Pertama : SETIAP MUSLIM , TUA, MUDA DAN MISKIN SEKALIPUN WAJIB MEMERANGI ORANG KAFIR YANG MERINTANGI KEMERDEKAAN INDONESIA.

Ke-dua : PEJUANG YANG MATI DALAM PERANG KEMERDEKAAN LAYAK DIANGGAP SYUHADA.

Ke-tiga : WARGA YANG MEMIHAK KEPADA BELANDA DIANGAP MEMECAH BELAH KESATUAN DAN PERSATUAN DAN OLEH KARENA ITU HASRUS DIHUKUM MATI.

Dokumen resolusi JIHAD ditulis dalam huruf ARAB-JAWA atau disebut PEGON ditandatangi oleh K.H HASYIM AS'ARY dan disebarluaskan keseluruh jaringan pesantren, tak terkecuali kepada komandan-komand­an LASKAR HIZBULLAH & SABILILLAH diseluruh penjuru jawa dan madura.

Dokumen resolusi jihad juga dimuat dalam sejumlah media masa pergerakan pada masa itu, kemudian hanya berselang 3 hari pasca RESOLUSI JIHAD dicetuskan, 6000 tentara sekutu mendarat di pelabuhan tanjung perak surabaya dengan persenjataan lengkap.

Mendengar kedatangan pasukan penjajah, RIBUAN SANTRI, MUJAHIDIN & PARA KIYAI sejawa timur bergerak menuju SURABAYA dan situasi pun terus memanas dan cenderung tidak terkendali.

RESOLUSI JIHAD NU telah memompa semangat PERALAWANAN RAKYAT dan MEMICU TERJADINYA PERTEMPURAN HEBAT selama 3 hari disurabaya, tanggal 27 sampai tanggal 29 oktober 1945, tentara inggris KEWALAHAN menghadapi perlawanan RAKYAT JAWA TIMUR.

Inggris lantas mendatangkan SOEKARNO ke surabaya untuk diajak berunding melakukan gencatan senjata.

Pagi hari tanggal 30 oktober gencatan senjata ditandatangani pemerintah INDONESIA & INGGRIS namun pada sore harinya terjadi insiden di jembatan merah yg menewaskan orang no.1 tentara inggris di surabaya yaitu JENDRAL MALABI, gencatan senjata pun langsung berakhir.
pengganti malabi yaitu jendral ROBERT MANSION mengultimatum laskar pejuang dan tentara indonesia agar menyerahkan senjata kepada inggris paling lambat 10 november 1945, jika TIDAK inggris mengancam akan membumi hanguskan SURABAYA dan MEMBOMBARDIR surabaya dari 3 arah sekaligus LAUT, DARAT dan UDARA.

Mendengar ancaman itu, para komandan LASKAR HIZBULLOH, SABILILLAH, MUJAHIDIN, tKR dan pARA SANTRI marah besar.
seorang pemuda bernama soetomo atau yg lebih akrab dipanggil BUNG TOMO sowan kepada kiyai hasyim, ia meminta izin untuk menyebarluaskan­ RESOLUSI JIHAD MELALUI RADIO.

Keutamaan Istighfar

Firman Allah Ta’ala:

إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ* آَخِذِينَ مَا آَتَاهُمْ رَبُّهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَلِكَ مُحْسِنِينَ *كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ * وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ {الذاريات:١٥-١٨}.

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam taman-taman surga dan di mata air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan oleh Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu (di dunia) adalah orang-orang yang berbuat kebaikan, (yakni) mereka sedikit sekali tidur di waktu malam, dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).” (QS. Adz-Dzariyat: 15-18).

Melakukan istighfar di waktu sahur atau qiyamullail merupakan kebiasaan orang orang shaleh.

Penegasan keutamaan istighfar di waktu sahur terdapat di tempat lain :

‎الصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنْفِقِينَ وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالأسْحَارِ (١٧

"(Juga sebagai) orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang meninfakkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur."

Di dalam sabda Rasulullah SAW yg menjelaskan tentang keutamaan tahajjud yg berbunyi :

‎يَنْزِل رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُل لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْل الآْخِرِ ، يَقُول : مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ ؟ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ ؟ مِنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ ؟

"Dari Abu Hurairah RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Rabb kita akan turun setiap malam ke langit dunia ketika sepertiga malam terakhir. Dia pun berfirman:"Siapa yang berdo’a pada-Ku, Aku akan mengabulkannya. Siapa yang minta pada-Ku, Aku akan memberinya dan siapa yang memohon ampunan pada-Ku, Aku akan mengampuninya”. (HR. Bukhari, Muslim)

Mari kita beristighfar...

أسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيمَ الَّذِي لاَ إلَهَ إلاَّ هُوَ، الحَيُّ القَيُّومُ، وَأتُوبُ إلَيهِ.

Karena istighfar juga salah satu kunci pembuka rezeki...

Ayat - ayat Munafiq dalam al-Qur'an

Nifaq adalah berbaju Islam tetapi berhati kufur. Keberadaan orang-orang munafik bagi umat Islam seperti duri di dalam daging. Melalui kejadian yang akhir-akhir ini sedang terjadi di tanah air, Allah telah menampakkan siapa orang-orang yang memiliki sifat-sifat nifaq. Seperti yang diterangkan dalam ayat-ayat ini:

وَمِنَ النَّاسِ مَن يَقُولُ آمَنَّا بِاللّهِ وَبِالْيَوْمِ الآخِرِ وَمَا هُم بِمُؤْمِنِينَ [البقرة : 8]
Di antara manusia ada yang mengatakan, "Kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian,” padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman

يُخَادِعُونَ اللّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلاَّ أَنفُسَهُم وَمَا يَشْعُرُونَ [البقرة : 9]
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar

فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ اللّهُ مَرَضاً وَلَهُم عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ [البقرة : 10]
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah tambah penyakitnya, dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لاَ تُفْسِدُواْ فِي الأَرْضِ قَالُواْ إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ [البقرة : 11]
Dan bila dikatakan kepada mereka, "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi." Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan"

أَلا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَـكِن لاَّ يَشْعُرُونَ [البقرة : 12]
Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُواْ كَمَا آمَنَ النَّاسُ قَالُواْ أَنُؤْمِنُ كَمَا آمَنَ السُّفَهَاء أَلا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاء وَلَـكِن لاَّ يَعْلَمُونَ [البقرة : 13]
Apabila dikatakan kepada mereka, "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman.” Mereka menjawab, "Apakah kami harus beriman sebagaimana orang-orang bodoh itu telah beriman." Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu

وَإِذَا لَقُواْ الَّذِينَ آمَنُواْ قَالُواْ آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْاْ إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُواْ إِنَّا مَعَكْمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ [البقرة : 14]
Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan, "Kami telah beriman." Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan, "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok"

اللّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ [البقرة : 15]
Allah akan (membalas) olokan-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka

أُوْلَـئِكَ الَّذِينَ اشْتَرُوُاْ الضَّلاَلَةَ بِالْهُدَى فَمَا رَبِحَت تِّجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُواْ مُهْتَدِينَ [البقرة : 16]
Mereka itulah yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaannya dan tidaklah mereka mendapat petunjuk

مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَاراً فَلَمَّا أَضَاءتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لاَّ يُبْصِرُونَ [البقرة : 17]
Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya, Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, mereka tidak dapat melihat

صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لاَ يَرْجِعُونَ [البقرة : 18]
Mereka tuli, bisu, dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar).

Beasiswa Toyo University Jepang

TOYO Universty Full Scholarships for Undergraduate Program (Taught in English)

Toyo University, salah satu universitas yang terpilih menjadi TOP GLOBAL UNIVERSITY JAPAN menyediakan beasiswa untuk program S1 International pada jurusan Global Innovation Studies (GIS) , Regional Development Studies (RDS) dan juga Information Networking for Innovation and Design (INIAD).

Beasiswa yang disediakan mencakup pembebasan biaya kuliah , pemberian living expense sebesar 110,000 yen / bulan (setara 13 juta / bulan) dan juga housing expense sebesar 40,000 yen / bulan (setara 5 juta rupiah / bulan) selama 4 tahun.

MASUK KULIAH pada APRIL 2017

Persyaratan :
1. Bukan warganegara Jepang
2. Minimal 18 tahun per 31 maret 2017
3. Menyelesaikan 12 tahun masa pendidikan formal sebelum 31 maret 2017
4. Memilih Toyo University sebagai pilihan pertama

Persyaratan bahasa : TOELFy iBT 79 / PBT 550 / IELTS 6.0 / TOEIC 780 (antara 1 sept 2014 - 31 aug 2016)

Pendaftaran :
Gelombang 4 : 27 Oct - 4 Nov. (GIS , RDS, INIAD)

Untuk penjelasan mengenai beasiswa Toyo University, akan diadakan seminar pada

Hari/Tanggal : Minggu, 16 Oktober 2016 , 11:00 - 12:00
Tempat : You Study Japan Indonesia d/a PT. Fuji Staff Indonesia
(Gd. Summitmas 1 lt. 10, Jl. Jend. Sudirman Kav 61-62, Jaksel)

Registrasi seminar : Mengirim email ke ysj@fujistaff.co.id dengan judul "Pendaftaran Seminar" dengan berisikan Nama, No. Hp, Asal Sekolah dan juga lampirkan scan atau foto ijazah SMA dan hasil Toefl iBT/ PBT/ IELTS.
Contact person : Rian/Ircham 021 - 252 3716

Keterangan lebih lengkap :

https://www.toyo.ac.jp/uploaded/attachment/21161.pdf

NASI GORENG: SANTRI TEKSTUAL VS KONTEKSTUAL

Waktu sudah mendekati tengah malam. Sekitar jam 23.00. Keadaan di luar rumah telah sepi. Pengajian kitab "Adab al-Dunya wa al-Din", karya Imam al-Mawardi", usai sudah. Para peserta pengajian pulang ke tempatnya masing-masing. Perutku terasa kosong. Aku lalu minta tolong seorang santri (A) membelikan “Nasi Goreng” di pasar, 100 m dari rumah. Tak lama ia pergi, anaku minta dibelikan juga Nasgor. Aku juga minta tolong santri lain (B) membelikan “Nasi Goreng” pula, di pasar yang sama. Setelah menunggu cukup lama keduanya datang hampir bersamaan, dengan wajah seperti khawatir atau cemas. Lalu masing-masing menceritakan pengalaman menjelajah pasar dan menelusuri tempat-tempat penjual Nasi Goreng yang biasa mangkal. Tetapi mereka tak menjumpai satupun penjual Nasgor. Mereka hanya menemukan seorang perempuan tua yang sedang menunggui “Nasi Jamblang” di depan toko yang sudah tutup, di pertigaan jalan.

Santri A menemuiku sambil memohon maaf, karena tidak membawa pulang nasi pesananku. Sementara santri B membawa “Nasi Jamblang”, sambil mohon maaf karena telah menyalahi pesananku. Aku tersenyum saja, dan menyampaikan terima kasih kepada mereka, sambil mengatakan : Jazakumullah Khairan'. Semoga Allah membalas kalian dengan lebih baik. Begitu keduanya menghilang, aku dan anakku segera menyantap “Nasi Jamblang” dengan lahap. “Alhamdulillah”.

Malam berikutnya, aku menceritakan kisah di atas kepada para peserta pengajian dan menanyakan : “bagaimanakah pendapat kalian tentang peristiwa itu, siapakah di antara A dan B yang paling benar”. Dan merekapun berdebat sedikit sengit. Aku membiarkan saja. Menarik sekali. Sebagian membenarkan si A, sebagian menyetujui si B dengan argumentasi nya masing-masing.

Aku lalu berkomentar. Si A adalah santri tekstual. Dia benar, karena memahami kata-kataku : "Nasi Goreng", bukan selain itu. Betapa jelasnya kata itu. Jika dia membeli nasi Jamblang atau Warteg, dia akan merasa salah. Dia memahami makna lahiriahnya, makna tekstual. Tetapi si B juga benar. Meski membeli nasi Jamblang, bukan nasi goreng. Dia memahami bahwa aku lapar. Nasi goreng hanyalah simbol dari makanan. Nah, nasi Jamblang juga makanan.  Bukankah yang penting makanan yang dengannya aku jadi tidak kelaparan pada tengah malam itu. Jadi si B berpikir substantif, kontekstual dan Maqasid.

Pertanyaannya, kamu jenis santri yg mana? A atau B?

Do'a ku.....

Yaa Allah...
Yaa Rahman...
Yaa Rahim...

Bila hari ini masih menjadi bagian hidup kami,
Berikanlah kemudahan dan kelancaran untuk menjalaninya!

Bila kelopak mata kami masih dapat terbuka,
Bimbinglah penglihatan kami untuk senantiasa melihat kebaikan dan kebenaran!

Bila mulut kami masih diizinkan berucap,
Tuntunlah agar senantiasa mengatakan kejujuran!

Bila kaki kami masih diberi kemampuan untuk melangkah,
Hantarkanlah ke tempat-tempat yang menjadi ibadah kami!

Bila tangan kami masih dapat digerakkan,
Gerakkanlah untuk memberikan kebaikan bagi orang lain!

Bila Matahari masih diperkenankan menyentuh raga ini,
Sempurnakanlah cahaya-nya di pagi hari untuk menyehatkan tubuh kami!

Bila udara masih menjadi bagian dari nafas kami,
Lapangkanlah rongga dada ini untuk menghirupnya!

Bila dari rezeki yang diturunkan di muka bumi ini masih ada bagian haq kami,
Datangkanlah dalam penuh keberkahan bagi kami, yang _halalan thoyiban_ dari segala arah,
Agar kami dapat memberi manfaat bagi orang lain yang membutuhkan!

Yaa Allah...
Yaa Rabb...

Bila keluarga dan saudara-saudaraku disini masih diperkenankan mewarnai kehidupan kami,
Jadikanlah mereka sebagai warna-warni yang penuh keindahan, penuh kasih sayang, rukun dan damai selalu!

Angkat dan hilangkanlah segala penyakit keluarga dan saudara-saudaraku ini.
Gantikanlah dengan kesehatan yang sempurna.

Serta berikanlah sisa usia yang penuh manfaat dan barokah.

Dengan segala yang telah diperlihatkan pada kami untuk menjadikan ini semua sebagai pelajaran hidup kami.

Karuniakanlah kepada kami, sejak hari ini sampai Kau utus malaikat-Mu untuk mengangkat ruh ini dari jasad kami.
Dengan Limpahan Nikmat dan Kasih Sayang-Mu.

Nasihat buat kamu....

Nasihat Kubur:

1). Aku adalah tempat yg paling gelap di antara yg gelap, maka terangilah .. aku dengan TAHAJUD

2). Aku adalah tempat yang paling sempit, maka luaskanlah aku dengan berSILATURAHIM ..

3). Aku adalah tempat yang paling sepi maka ramaikanlah aku dengan perbanyak baca .. AL-QUR'AN.

4). Aku adalah tempatnya binatang-bintang yang menjijikan maka racunilah ia dengan Amal SEDEKAH,

5). Aku yg menyempitmu hingga hancur bilamana tidak Sholat, bebaskan sempitan itu dengan SHOLAT

6). Aku adalah tempat utk merendammu dgn cairan yang sangat amat sakit, bebaskan rendaman itu dengan PUASA..

7). Aku adalah tempat Munkar dan Nakir bertanya, maka Persiapkanlah jawabanmu dengan Perbanyak mengucapkan Kalimah "LAILAHAILALLAH".

Cara Allah Memberi Rezeki Kepada Hamba-Nya

Ada 4 cara Allah memberi rezeki kepada makhluk-Nya :

1. REZEKI TINGKAT PERTAMA
(YANG DIJAMIN OLEH ALLAH)

"Tidak suatu binatang pun (termasuk manusia) yang bergerak di atas bumi ini yang tidak dijamin oleh Allah rezekinya."(QS. 11: 6)

Artinya Allah akan memberikan kesehatan, makan, minum untuk seluruh makhluk hidup di dunia ini. Ini adalah rezeki dasar yang terendah.

2. REZEKI TINGKAT KEDUA
(BAGI SIAPA SAJA YANG BERUSAHA)
"Tidaklah manusia mendapat apa-apa kecuali apa yang telah dikerjakannya". (QS. 53: 39)

Allah akan memberikan rezeki sesuai dengan apa yang dikerjakannya. Jika ia bekerja dua jam, dapatlah hasil yang dua jam. Jika kerja lebih lama, lebih rajin, lebih berilmu, lebih sungguh-sungguh ia akan mendapat lebih banyak. Tidak pandang dia itu muslim atau kafir.

3. REZEKI TINGKAT KETIGA
(BAGI SIAPA YANG PANDAI BERSYUKUR)

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS. 14: 7)

Inilah rezeki yang disayang Allah. Orang-orang yang pandai bersyukur akan dapat merasakan kasih sayang Allah dan mendapat rezeki yang lebih banyak. Itulah Janji Allah! Orang yang pandai bersyukurlah yang dapat hidup bahagia, sejahtera dan tentram. Usahanya akan sangat sukses, karena Allah tambahkan selalu.

4. REZEKI TINGKAT KE EMPAT
(UNTUK ORANG-ORANG BERIMAN DAN BERTAQWA)

"Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”
(QS.Ath-Thalaq/65:2-3)

Peringkat rezeki yang ke empat ini adalah rezeki yang istimewa, tidak semua orang bisa meraihnya. Orang istimewa ini (muttaqun) adalah orang yang benar-benar dicintai dan dipercaya oleh Allah untuk memakmurkan atau mengatur kekayaan Allah di bumi ini.

Shalatlah...

Kerugian meninggalkn sholat :

Subuh: Cahaya wajah akan pudar.

Zuhur: Berkat pendapatan akan hilang.

Ashar: Kesehatan mulai terganggu.

Maghrib: Pertolongan anak akan jauh di akhirat nanti.

Isya': Kedamaian dalam tidur sukar didapatkan.

TANDA-TANDA AKAN DATANG KIAMAT ALAM SEMESTA

Kiamat menurut Agama Islam ditandai dengan beberapa pertanda, yaitu :

#- Kemunculan Imam Mahdi

#- Kemunculan Dajjal

#- Turunnya Nabi Isa AS

#- Kemunculan Yakjuj dan Makjuj.

#- Dab'bat al-Ard akan keluar dari tanah & akan menandai muslim yang se-benar-bemarnya.

#- Sebuah kebakaran besar akan menyebabkan kerusakan

#- Pemusnahan/runtuhnya Kabah

#- Tulisan dalam Al-Quran akan lenyap

#- Kabut selama 40 Hari akan mematikan semua orang beriman sejati sehingga mereka tidak perlu mengalami dahsyatnya kiamat.

#- Terbitnya matahari dari Barat ke Timur.

#- Pintu pengampunan akan ditutup.

#- Sangkakala akan ditiup pertama kalinya membuat semua makhluk hidup merasa bimbang dan ketakutan.

#- Tiupan sangkakala yang kedua kalinya akan membuat semua makhluk hidup mati.

#- Tiupan sangkakala yang ketiga, yang membuat setiap makhluk hidup bangkit kembali (hari kebangkitan) dan seterusnya penghakiman.

التعريف لمصطلح (SANTRI ) س ن ت ر ي

التعريف لمصطلح (SANTRI ) س ن ت ر ي

س: سافر الى المعهد لطلب العلم

ن: نال كثيرا من العلم والحكمة

ت: تابع شيخه وتمسك سنة نبيه

ر: رجع الى بلده لينتشر علمه للناس

ي: ينكح أربع نسوة جميلة صالحة وينسل عشرين ولدا ويملك أموالا كثيرة ويؤسس معهدا مباركا ويرجع الى الجنة مرضيا..

صباح الخير....

ثلاث تجارات لا تعرف الخسارة

ثلاث تجارات لا تعرف الخسارة :

1- التلاوة

2- الصلاة

3- الإنفاق

قال تعالى: ﴿إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَّن تَبُورَ﴾
سورة فاطر الآية: 29

NEGARA MADINAH

Madinah adalah kota yang menyimpan sejuta cerita. Pada abad ke 5 dan 6 M kota Madinah hanyalah tempat pelarian Yahudi dari kejaran tentara Hadrianus dari Roma. Juga tempat pemukiman dua suku Arab, Khazraj dan Aws.

Di kota ini kisah nabi-nabi berkembang bagai legenda tapi nyata. Namun kelahiran Nabi Muhammad SAW seabad kemudian menjadi berita gembira. Hijrahnya pun (tahun 622 M) disambut dengan suka cita. 

Kota ini benar-benar mencintai dan dicintai Nabi. Saking cintanya Nabi berdoa “Mudah-mudahan Madinah diberi rahmat Allah dua kali lipat lebih banyak dari Makkah”. Allah pun memberi hadiah sebongkah taman surga (Raudah min riyadil jinan) di dalam masjidnya.

Mungkin ini rahasianya mengapa Nabi meramalkan bahwa nanti Dajjal tidak akan masuk kota ini. Begitu istimewanya tempat ini - menurut hadis Nabi yang lain  sehingga kota ini adalah kota terakhir yang akan dihancurkan dari muka bumi di hari kiamat nanti.

Dan yang tidak kalah menariknya kota ini sebelumnya bernama Yathrib. Buktinya dalam surah Madaniyah awal tempat ini masih disebut Yathrib (lihat al-Ahzab: 13). Tapi delapan tahun setelah hijrah (sekitar tahun 630 M) Nabi menggantinya dengan nama Madinah (lihat surah Madaniyah akhir al-Taubah: 120).

Setelah nama Yathrib diganti Madinah Nabi melarang para sahabatnya untuk menggunakan nama Yathrib lagi. Entah mengapa. Tapi yang jelas Nabi memberi nama setelah membangun tempat ini. Apa yang telah dilakukan Nabi? kita lihat.

Sejak lantunan Talaa-l-badru menggema di seantero Yathrib, Nabi sudah mengantongi dukungan warga setempat. Al-Husseim bin Sallam, seorang rabi Yahudi Yathrib langsung memeluk Islam. Jalan dakwah Nabi pun mulus tanpa paksaan. Tidak sampai satu dasawarsa, sebanyak 15 kabilah masuk Islam dengan sukarela.

Langkah Nabi selanjutnya adalah: merajut ukhuwwah Islamiyah dan mempersatukan Muslim dengan Yahudi dengan Piagam Madinah. Sebuah Negara berkonstitusi pun terbentuk dengan kekuasaan dan kedaulatan penuh.

A. Von Kramer tidak salah ketika menyimpulkan “Muhammad membawa agama baru dan sistem politik baru… dan menciptakan suatu perdamaian yang harmonis”. D.B.Macdonald mengakui, di Madinah telah terbentuk Negara Islam pertama. Thomas W. Arnold yang diamini Fazlur Rahman lebih blak-blakan lagi “Di Madinah Nabi menjadi pemimpin agama dan kepala Negara”.
Meski realitanya Nabi memang menjadi kepala Negara dan memimpin perang, tapi anehnya pemikir kontemporer Mesir, Ali abd al-Raziq (1888-1966) menafikan fakta-fakta itu semua ia mengatakan:
Jika betul Rasulullah SAW telah mendirikan sebuah negara politik atau telah memulakan pendiriannya, mengapa sebahagian besar dari dasar-dasar kenegaraan tidak wujud dalam negara itu? Mengapa cara pemilihan hakim dan walikota pada zaman baginda itu tidak diketahui? Mengapakah pula Nabi tidak pernah menjelaskan tentang sistim kerajaan dan kaedah-kaedah Syura? Mengapa beliau membiarkan para ulama sesudah beliau dalam kebingungan? (Ali Abd al-Raziq, Al-Islam wa Usul al-Hukm, Bahth fi al-Khilafah wa al-Hukumah fi al-Islam, Beirut: al-Muassasah al-Arabiyyah Li al-Dirasah wa al-Nashr, 1988), hlm. 160. )

Pandagan sekuler ini didukung oleh tokoh liberal Abdullahi Ahmad an-Naim. Kata Naim tidak ada Negara Islam, sebab Islam itu agama yang dipeluk manusia bukan oleh Negara. Selain itu, katanya, mestinya yang disebut Negara itu mestinya punya batas teritori, passport dsb. Argumentasi Naim nampak aneh  memang.

Sebenarnya siapapun tidak bisa mangkir bahwa Madinah merupakan babak baru sejarah Islam. Jadi, Madinah adalah post-faktum dari faktum-faktum. Jika fakta sosial-historis bisa bias tafsir, kita pakai fakta-fakta tekstual. Ternyata perubahan Yahtrib menjadi Madinah didahului oleh perubahan kandungan wahyu.

Wahyu yang ketika di Makkah berkutat masalah tauhid, ibadah, alam semesta, penciptaan, hari akhir dan sebagainya, di Madinah berubah ke masalah ummah, ukhuwwah, jihad, kemanusiaan, keadilan, kemakmuran, kekuatan dan sebagainya. Lebih berdimensi sosial-politik.  Pendek kata, di Madinah-lah tempat penerapan dan penyempurnaan konsep din yang turun di Makkah itu.

Lalu mengapa pengganti Yathrib adalah Madinah? Kajian sejarah katanya ternyata sama menariknya dengan sejarah kotanya. Kata “Madinah” adalah bentuk (wazn) kata tempat (ism al-makan) dari kata din. Biasanya kata tempat dibentuk dari kata kerja, maskan (tempat tinggal) misalnya berasal dari kata sakana (tinggal).

Tapi untuk kata Madinah tidak demikian. Dalam Arabic English Lexicon, karya Lane kata Madinah diletakkan dibawah entri din (agama). 

Kata kerjanya adalah dana, yadinu yang berarti taat, berserah diri, menghamba, merendahkan diri [kepada Allah] dan menghitung. Ism-nya adalah din. Dintu lahu artinya saya taat kepadanya. Dana bi-l-Islami dinan artinya menghamba pada Allah dengan memeluk agama Islam.

Dalam al-Quran jelas dinyatakan “Siapa yang lebih baik ketaatannya (ahsanu dinan) dari orang yang berserah diri kepada Allah” (Q.S. IV: 124). Kaum pluralis sering memelesetkan ayat ini dan diartikan bahwa agama yang baik adalah yang berserah diri, dengan agama apapun. Tentu plesetan yang gagap filologi.

Dalam hadis Nabi dinyatakan “Orang cerdas adalah yang menghambakan dirinya (pada Allah) dan mengerjakan sesuatu untuk hidup sesudah mati” (al-kaysu man dina nafsahu wa amil ma bada al-maut).  Atau dalam hadis lain disebut “Barangsiapa menghitung [muhasabah] dirinya maka beruntunglah dia (man dana nafsahu rabiha).

Disini din berarti taat dan berserah diri atau menghamba kepada Allah. Dan menghambakan diri [yang benar] bagi Allah adalah melalui agama Islam (inna-d-dina indallahi al-Islam).

Dari kata kerja dana, yadin yang menjadi bentuk isim din itu juga bisa dilacak dari kata dayn, artinya hutang. Kajian semantiknya, beragama adalah rasa keberhutangan kepada Tuhan. Kalau dicek pada ayat-ayat al-Quran tentu cocok.

Buktinya, Allah selalu menggunakan bahasa perdagangan dengan hambaNya. Allah telah “membeli” diri dan harta orang-orang mukmin dengan surga. (Taubah: 111). Barangsiapa “memberi pinjaman” kepada Allah suatu kebaikan, akan Allah lipat gandakan pinjaman itu (al-Baqarah: 245; al-Maidah: 12; al-Hadid: 11, 18; al-Taghabun:  17; al-Muzammil: 20), dan banyak lagi.

Jadi beragama adalah proses membayar hutang kepada sang pencipta. Inilah sebabnya mengapa dalam bahasa Arab Allah diberi julukan al-Dayyan (literalnya Yang Memberi Hutang, tapi maknanya Yang Memberi Balasan semua perbuatan). Sedangkan untuk makhluk, julukan itu tanpa alif lam yaitu Dayyan yang berarti penguasa atau gubernur. Disini beragama adalah proses membayar hutang kepada Allah dengan amal kebaikan.

Kecenderungan hidup berdasarkan aturan, sadar hukum, taat pada penguasa hukum dan hakim (berserah diri) serta hidup secara teratur adalah inti dari din. Itulah fitrah manusia dan inti keberagamaan.

Beragama tidak bisa liberal dan liar. Secara filologi saja kata din sudah menggambarkan sebuah struktur kehidupan yang sistemik. Secara realita Madinah telah menjadi tempat untuk berserah diri, untuk mentaati aturan, untuk menghamba serta membayar hutang kepada Allah dengan amal kebajikan. 

Tapi menariknya ternyata kata Madinah tidak berasal dari kata madana, sebaliknya madana terbentuk setelah lahir kata Madinah. Sejarahnya begitu. Maka dari itu kata madana dalam Arabic-English Dictionary susunan Hans Wehr diartikan to found or build city; to civilize, to humanize, to refine.

Persis seperti yang dilakukan Nabi. Tapi ketika Hans Wehr mengartikan Madani menjadi secular, kita jadi bingung (confuse). Ini tentu dari pengaruh doktrin gereja. Karena kerja-kerja diluar gereja biasanya disebut dengan kerja-kerja sekuler (secular works), mereka lalu menganggap kerja-kerja diluar masjid sebagai kerja sekuler.

Itu kira-kira pikiran Hans Wehr. Mungkin pengaruh ini pula para cendekiawan Muslim menyamakan civil society yang sekuler itu dengan masyarakat madani. Padahal madani adalah sifat orang berbudaya, beradab dan maju dengan cara taat beragama alias menghamba pada Allah. 

Dalam Kamus al-Munjid karangan Abu Luwis, kata tamaddana diartikan berperilaku penduduk kota (ahlul mudun). Kalau mudun (jamak madinah) diartikan kota tentu ini sekuler. Tapi jika diartikan sebagaimana makna filologis diatas, tamaddana berarti berperilaku seperti penduduk madinah yang berserah diri dan menghamba kepada Allah.

Oleh sebab itu tamaddana atau ber-tamaddun adalah hidup dengan din yang benar sesuai dengan hukum dan aturan. Hukum atau aturan din Islam adalah al-Quran. Kitab ini juga menyebut dirinya madubah (makanan), yakni makanan jiwa dan akal. Ketika menjadi kata kerja addaba, yuaddibu, tadiban berarti mengajar disiplin dalam berfikir dan berperilaku. Hasilnya adalah  manusia beradab, yaitu yang beriman, berilmu dan berbuat sesuai dengan apa yang ada dalam madubah atau al-Quran. Itulah peradaban, tamaddun, Medeniyet, atau Madaniyat.

Ditulis Oleh: DR. Hamid Fahmy Zarkasyi, M.Phil.
Direktur Pascasarjana Universitas Darussalam Gontor Indonesia.

KH. Abdullah bin Nuh : Ajeungan Sunda Yang Mencengangkan Cendikiawan Arab

KH. Abdullah bin Nuh (w. 1987), seorang ulama besar Nusantara asal Pasundan (Cianjur-Jawa Barat), sebagaimana tertuang dalam buku “Ulamâ wa Mufakkirûn ‘Araftuhum” (diterbitkan di Riyadh pada tahun 1989).
Al-Majdzûb benar-benar terkesan dan terbelalak oleh sosok KH. Abdullah bin Nuh, baik sosok pribadinya yang santun dan ramah, gagasan pemikirannya yang jenius dan lintas spektrum, dan utamanya oleh kemampuan bahasa Arabnya yang sangat sempurna.

KH. Abdullah bin Nuh menguasai susastra, estetika, dan retorika bahasa Arab (al-adab wa al-badî’ wa al-ballâghah al-‘Arabiyyah) di atas rata-rata, yang justru “mengalahkan kemampuan bahasa Arab orang-orang Arab sendiri”.
Dalam buku itu, sosok KH. Abdullah bin Nuh ditulis dalam 14 halaman (dari halaman 117 hingga 131). Termasuk di dalamnya wawancara al-Majdzûb dengan beliau, dan juga beberapa petikan bait puisi beliau dalam bahasa Arab yang berjudul “Indûnisiyyah” (Indonesia Pusaka).

Berikut saya terjemahkan salah satu petikan kesaksian Dr. Abdullah al-Majdzûb atas KH. Abdullah bin Nuh itu;
“Beliau (KH. Abdullah bin Nuh) sudah berusia tujuh puluhan. Perawakannya sedang. Senyumnya mengembang. Sorot matanya memancarkan kejeniusan akalnya dan keluhuran budinya. Pada janggutnya yang sudah memutih, tersirat kebijaksanaan, keutamaan, dan religiusnya.
Beliau menyambut kami dengan pelukan dan sambutan yang ramah nan hangat. Kami memulai perbincangan dalam pelbagai isu, seakan-akan kami telah dipertemukan dalam hubungan pertemanan yang akrab dan lama.

Beliau berbicara dalam bahasa Arab. Sangat lancar dan fasih. Pilihan-pilihan kosa-katanya selalu tepat dan dekat sehingga mudah untuk difaham. Perbincangan kami pun mengalir dalam bahasa Arab yang fusha, lempang, bersastra, dan beretorika.
Saya meminta beliau untuk menerjemahkan puisi-puisinya ke dalam bahasa Arab. Namun jawaban beliau sungguh mengejutkan; “Saya juga menulis puisi-puisi saya dalam bahasa Arab!”
Saya benar-benar terkejut ketika beliau membacakan beberapa puisi beliau. Benar-benar berbahasa Arab dan benar-benar sempurna. Saya hampir tak mempercayai kalau puisi-puisi yang baru saja beliau bacakan itu adalah anggitan seorang berbangsa Indonesia, seorang ‘ajam!
Puisi-puisi itu benar-benar merepserentasikan pengarangnya adalah orang yang menguasai bahasa Arab tingkat tertinggi, susastranya, estetikanya, dan retorikanya (al-bayân al-‘arabî al-balîgh). Beliau pasti sudah melahap dan menyerap ratusan puisi-puisi terbaik Arab sampai ia pun dapat benar-benar menghayatinya dan mencerminkannya dalam puisi-puisi karangannya sendiri”.

KH. Abdullah bin Nuh, yang lahir di Cianjur pada tahun 1905 dan wafat di Bogor pada 1987 adalah salah satu sastrawan, cendikiawan, pejuang, dan ulama besar Nusantara asal tatar Pasundan. Abdullah belajar dari pesantren ke pesantren di Sunda dan Jawa, juga belajar di Masjid al-Haram di Mekkah al-Mukarramah dan Al-Azhar Kairo sepanjang dekade tahun 1920-an.
Abdullah bin Nuh termasuk ke dalam bagian jaringan intelektual ulama Nusantara-Timur Tengah yang lazim di masa itu (abad ke-20 M). Di antara guru beliau selama di Mekkah adalah Syaikh Muhsin ibn Abdullah al-Musawa al-Fâlimbânî, Syaikh Alawi ibn Abd al-Aziz al-Maliki, Syaikh Muhammad Ali ibn Husain al-Makki, Syaikh Mahfuzh ibn Abdullah al-Tarmasi, Syaikh Mukhtar ‘Atharid Bogor, Syaikh Ahyad bin Idris Bogor, Syaikh Tubagus Bakri Purwakarta, dan lain-lain. Di sana, Abdullah bin Nuh segenerasi dengan KH. Abdul Wahhab Hasbullah Jombang (NU), KH. Abdul Halim Majalengka (PUI), KH. Sanusi Sukabumi, Syaikh Yasin Padang, dan lain-lain.

Beliau terkenal sebagai sosok yang produktif menulis. Karya-karyanya selain yang ditulis dalam Bahasa Indonesia, juga banyak yang ditulis dalam bahasa Arab. Yang mengagumkan, Abdullah bin Nuh memiliki kemampuan bahasa Arab yang sempurna, benar-benar sempurna, baik dalam rupa puisi (syi’r) atau pun prosa (natsr).
Di antara karya momumental beliau yang ditulis dalam bahasa Arab adalah “Anâ Muslim Anâ Sunnî Anâ Syâfi’î” tentang teologi Islam (pada tahun 2016 ini [kembali] diterbitkan oleh penerbit Dâr al-Shâlih Kairo), al-Islâm fî Indûnisiyyâ al-Mu’âshirah tentang sejarah Indonesia kontemporer, Târîkh al-Auliyâ al-Tis’ah tentang sejarah Wali Sanga, al-Imâm al-Muhâjir Ahmad ibn ‘Îsâ ibn Ja’far al-Shâdiq (biografi misionaris Islam Nusantara masa-masa awal), al-Tadzkirah fî Mukhtashar Ihyâ ‘Ulûm al-Dîn (dalam bidang tasawuf), Dîwân Syi’r Abdullâh ibn Nûh (kumpulan puisi), termasuk kumpulan puisi yang disunting dan dikaji oleh al-Sa’dânî ini (‘Âsyiq al-Muhîth wa al-Jabal).

Beliau dikebumikan di kota Cianjur, tepatnya di Gentur. Setiap tahun selalu diadakan haulan, yang datang dari berbagai pelosok negeri tatar sunda, jawa tengah atau timur bahkan sumtera dan kalimantan.

Janganlah Mengikuti Orang yang Menyebabkanmu Lalai dari Mengingat Allah

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا (28) }

"Dan bersabarlah kamu ber­sama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) meng­harapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari meng­ingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan yang keada­annya telah melewati batas (kewajaran)."

Hijrah Nafsiyah

Umumnya orang memahami makna hijrah itu adalah perpindahan Nabi dan sahabatnya dari Makkah ke Habasya atau ke Madinah. Namun, ternyata al-Qur’an mengajari kita makna maka hijrah lebih dari sekedar perpindahan dari suatu ke tempat lain. Dalam al-Qur’an terdapat 28 ayat yang menggunakan kata hijrah dengan makna yang berbeda-beda. Diantaranya hijrah berarti berpindah tempat (An-Nisa: 100); berpisah ranjang antara suami dan istri (al-Nisa’ 34); mengasingkan diri (Maryam 46) dan lain sebagainya.

Pada ayat-ayat lain juga berarti menghindari atau menjauhi sesuatu baik secara fisik maupun spiritual. Hijrah dalam al- Mudaththir 5 adalah menjauhi kemaksiatan dan menyembah berhala (wa al-rujza fahjur). Hijrah dalam arti menjauhi terdapat dalam al-Muzammil 10 “Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka katakan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik (wahjurhum hajran jamilan).

Rasulullah diperintah Allah untuk berhijrah untuk menghindar dari cacian, cercaan, makian dan intimidasi baik yang kasar maupun yang halus dari orangorang musyrik. Artinya ada sesuatu yang dihindari dan ditinggalkan. Di zaman sekarang ini banyak kebiasaan, suasana dan kondisi yang harus dihindari dan ditinggalkan. Berhijrah dengan cara-cara yang baik ternyata efektif untuk dakwah. Karena cara seperti itu para tokoh Quraisy yang anti Islam akhirnya menjadi sahabat yang menjadi berjiwa bersih dari kemusyrikan, kekufuran dan kemunafikan, sehingga jiwa ikatan ukhuwah islamiyah yang erat.

Umar bin Khattab misalnya yang sebe lum nya diberi julukan “penghulu para pelaku kejahatan”, akhirnya setelah hijrah menjadi pemimpin umat yang disegani, tawadhu dan suka menolong orang mis kin, beliau menjadi tonggak bagi tegaknya ajaran Islam. Khalid bin Walid, Abu Sofyan dan sahabat yang lainnya juga sama.

Suhaib bin Sinan Ar-Rumi adalah pemuda yang rupawan dan kaya raya. Ketika ia hendak berhijrah bersama Rasulullah, orang-orang kafir melarangnya membawa seluruh hartanya. Karena akidahnya kuat, ia tinggalkan semua hartanya. Logika modern, pasti menilai ia bodoh, merugi dan nekad. Namun, anehnya Rasulullah SAWjustru berkomentar “beruntunglah Suhaib, beruntunglah Suhaib!!”

Apa disabdakan Nabi bukan tidak berdasar. Allah berjanji kepada orangorang yang berhijrah untuk memberi mereka rezki yang berlimpah di dunia (An- Nisa: 100), menghapus kesalahan dan mengampuni dosa (Ali Imran: 195), meninggikan derajatnya di masyarakat (At-Taubah: 20) dan mengaruniai kemenangan yang besar (At-Taubah: 20, 100).

Hijrah itu hakekatnya menghindari sesuatu, menjauhi sesuatu atau melawan sesuatu dengan resiko dan keuntungan yang tak tentu. Jika orang yang terbiasa berbuat maksiat dengan berjudi, berzina, mencuri, merampok, korupsi dan sebagainya itu itu yakin dengan janji Allah maka menjauhi dan melawan serta me ninggalkannya adalah hijrah. Niat untuk mempertahankan akidah dan kehormatan diri ganjarannya sama dengan jihad. (Al- Baqarah: 218), (Al-Anfal: 72,74)

Tidak mudah meninggalkan sesuatu kesukaan dan kebiasaan buruk. Tidak sederhana pula mengubah diri sendiri. Berhijrah adalah meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah.(HR Bukhori). Masalahnya, manusia itu memiliki jiwa (nafs) nafsu (syahwat), akal (aql), kehendak (iradah), kalbu (qalb), nurani (fuad) dan sebagainya. Ada yang dikuasai nafsunya dan ada pula yang dikontrol oleh akalnya. Ada pula yang cenderung mengikuti kata hatinya.

Jadi berhijrah itu sejatinya adalah meng ubah diri sendiri. Mengubah diri sa ma dengan mengubah nasib. Dari bernasib tertindas menjadi merdeka, dari dicaci maki, dihina dan dicerca menjadi dihormati dan dimmuilakan, dari diri yang le mah menjadi diri yang kuat. Dapat pula me ngubah diri adalah mengubah kondisi diri dari miskin menjadi kaya, dari hobi korupsi menjadi kebiasaan bersikap jujur, dari pelaku maksiat menjadi pelaku ibadat.

Mengubah diri sendiri berdampak pada orang lain dan masyarakat. Sebab perubahan suatu kaum dimulai dari perubahan individu-individu di dalamnya. Maka Allah mengingatkan:”Dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang akan diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) (Al Hasyr:18). Namun, sebelum mengubah diri siapapun perlu niat awal yang baik, sebab setiap perbuatan itu tergantung kepada niatnya. (HR. Bukhari- Muslim). Itulah sunnatullah al-nafsiyyah dan itu pulalah hijrah nafsiyyah.

Ditulis Oleh: DR. Hamid Fahmy Zarkasyi, M.Ed., M.Phil.
Direktur Pascasarjana Universitas Darussalam Gontor

Senin, 27 Februari 2017

Islamic Wisdom #14

عندما نتأخر عن الدوام ندخل برأس منكوس وكلام مهموس حياء من المدير.. فهل نشعر بنفس هذا الشعور عندما نتأخر في الصلاة ونقف بين يدي الله؟

"Ketika kita telat masuk kerja, kita masuk dengan kepala tertunduk dan suara yang lesu karena malu kepada direktur.....Maka apakah kau merasakan hal yang sama saat kau terlambat dalam sholat dan berdiri di hadapan Allah ?!"

Islamic Wisdom #15

إذا قابلنا الإساءة بالإساءة.. فمتى ستنتهي الإساءة؟!
قال تعالى: "فمن عفا وأصلح فأجره على الله"

"Jika kita membalas keburukan dengan keburukan maka kapan keburukan ini akan berakhir?!
Allah berfirman "dan barangsiapa yang memaafkan dan memperbaiki maka pahalanya ada di sisi Allah".

Islamic Wisdom #17

إذا لم تعرف عنوان رزقك.. فلا تخف.. لأن رزقك يعرف عنوانك.. فإذا لم تصل إليه.. فهو حتما سيصل إليك.

"Jika kau tidak tahu alamat rizkimu ...... janganlah takut......karena rizkimu tahu dimana alamatmu....jika kau tidak bisa sampai kepadanya......niscaya dia akan sampai kepadamu."

Islamic Wisdom #18

إذا أتعبك ألم الدنيا فلا تحزن .. فربما أشتاق الله لسماع صوتك وأنت تدعوه .. لا تنتظر السعادة حتى تبتسم .. ولكن ابتسم حتى تكون سعيد .. لماذا تطيل التفكير والله ولي التدبير .. ولماذا القلق من المجهول وكل شيء عند الله معلوم .. لذلك إطمئن فأنت في عين الله الحفيظ .. وقل بقلبك قبل لسانك « فوضت أمري إلى الله » طيب الله أيامكم بذكره

"Jika sakitnya dunia membuatmu lelah maka janganlah bersedih......... barangkali Allah ingin mendengar suaramu dalam doamu........dan jangan kau tunggu kebahagiaan untuk tersenyum........namun tersenyumlah sehingga kau bahagia.........mengapa kau berpikir banyak sedangkan Allah adalah yang maha Mengatur.......mengapa gundah akan sesuatu yang tidak kita ketahui sedangkan segala sesuatu Allah sudah tahu........oleh karena itu tenanglah karena engkau selalu berada pada pengawasan Allah yang maha Menjaga......dan ucapkan dengan hatimu sebelum dengan lisanmu...........aku serahkan segala urusanku kepada engkau ya Allah."

Islamic Wisdom #19

عندما تظن بأن بعد الشقاء سعاده ، وبعد دموعك إبتسامة فقد أديت عبادة عظيمه ألا وهي حسن الظن بالله

"Ketika kau meyakini bahwa setelah kesengsaraan adalah sebuah kebahagiaan dan setelah air mata yang mengalir adalah senyuman, maka sesunggunhnya kau telah melaksanakan ibadah yang amat agung yaitu berprasangka baik kepada Allah."

Islamic Wisdom #16

كنت ابكي لأنني أمشي بدون حذاء
ولكنني توقفت عَنَ البكاء عندما رأيت رجلاََ بلا قدمين...دائما الحمدلله علىَ كل حال

"Dahulu aku menangis karena aku berjalan tanpa alas kaki.... namun akhirnya aku berhenti menangis saat aku melihat lelaki tanpa kedua kakinya......maka selalu ucapkanlah alhamdulillah pada setiap keadaan."

Islamic Wisdom #13

ليس كل سقوط نهاية فسقوط المطر أجمل بدايةُ

"Bukan semua kejatuhan adalah sebuah akhir, karena turunnya hujan adalah adalah awal yang paling indah."

Minggu, 26 Februari 2017

Islamic Wisdom #12

لاتحسد أحدا بنعمة فأنت لاتعلم ماذا أخذ الله منه.. ولاتحزن بمصيبة فأنت لاتعلم ماذا سيعطيك الله عليها "إنما يوفى الصابرون أجرهم بغير حساب"

"Jangan kau iri kepada seorangpun karena sebuah nikmat, karena kau tidak tahu apa yang telah Allah ambil darinya.

Dan janganlah bersedih karena sebuah musibah, karena kau tidak tahu apa yang akan Allah hadiahkan untukmu.

Allah berfirman "sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang diberikan pahala tanpa dikira-kira".

Islamic Wisdom #11

لا نعلم بعد رحمة الله ما الذي سيدخلنا الجنة ؟؟
أهي ركعة ، أو صدقة ، أو سقيا ماء ، أو حاجة مؤمن قضيناها ، أو دعوة ، أو ذكر !!!!
فاعمل ولا تستصغر !!!!!!

"Kita tidak tahu setelah Allah merahmati kita, apalagi yang bisa membuat kita masuk surga?, apakah itu ruku', atau sedekah, atau air yang kita berikan, atau kebutuhan orang beriman yang kita tunaikan, atau do'a, ataukah dzikir kita?, maka beramal lah dan jangan menyepelekan!".

Islamic Wisdom #7

لا تتوقع من نهاية اليوم إلاَّ الرِّضَا وسترضى..
استعن بالكريم
استعنْ بالرحيم
استعن بالعظيم

jangan berharap dari akhir setiap hari kecuali ridha maka kau akan ridha....
Mintalah pertolongan kepada yang Maha dermawan...
Mintalah kepada yang Maha penyayang.....dan
Mintalah kepada yang Maha Agung....

Islamic Wisdom #5

لا تدع الناس يعرفون عنك سوى سعادتك !
» ولا يرون منك إلا ابتسامتك .

jangan biarkan manusia mengetahui sesuatu darimu melainkan kebahagiaanmu, dan jangan sampai mereka melihat kecuali senyummu.

Mutiara Hadits Nabi SAW

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

Artinya: “Barangsiapa yang menunjukkan kepada sebuah kebaikan maka baginya seperti pahala pelakunya (HR.Muslim)

Islamic Wisdom #4

إن ضاقت عليك أمورك
» ففي القرآن جنتك .

• إن آلمتك وحدتك
» فإلى السماء دعوتك .

• إن سألوك عن أخبارك
» فاحمد الله و ابتسم .

jika semua urusanmu terasa sempit maka di dalam Al Qur'an ada surgamu
Dan jika kesendirianmu menyakitimu , maka kelangit kirimkan doamu
dan jika mereka bertanya tentang kabarmu maka katakan Alhamdulillah dan tersenyumlah.

Islamic Wisdom #6

الحياة سألت الموت : لمآذا البشر يحبونني ويكرهونك ؟ أجاب الموت : ﻷنك كذبة جميلة وأنا حقيقة مؤلمة

"Kehidupan bertanya kepada kematian: mengapa manusia mencintaiku dan membencimu?
maka maut menjawab: "karena kau adalah kebohongan yang indah, sedangkan aku adalah kenyataan yang menyakitkan".

Islamic Wisdom #3

تفاءل عندما تصعب عليك الأمور ، فإن الله تعالى أقسم مرتين فإنّ مع العُسر يُسرا ، إنّ مع العسر يسرا .

Optimislah saat segala urusan terasa sulit bagimu, karena Allah telah bersumpah dua kali "sesungguhnya sebuah kesulitan bersama kemudahan, sesungguhnya sebuah kesulitan bersama kemudahan"

Islamic Wisdom #2

إن خسِرت شيئًا لم تتوقع يومًا أن تخسره ، فإن الله سيرزقك شيئًا لم تتوقع يومًا أن تملكه .

Jika kau pernah merugi sesuatu yang tidak pernah kau sangka suatu hari, makasesungguhnya Allah akan memberimu rizki suatu hari yang tidak pernah kau kira akan memilikinya.

CIRI-CIRI 'IBADURRAHMAN

Ibaadurrahman merupakan karakteristik para hamba ar-Rahman atau Allah. Hamba Allah yang memiliki ciri-ciri ini mendapat kehormatan di sisi-Nya serta pahala yang besar.

Karakteristik ini dalam Al-Qur'an dapat ditemukan pada surat al-Furqan ayat 63 hingga 76. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1. Tawadhu' (Rendah Hati)

Yaitu sebagaimana firman-Nya, artinya, "(ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati" [QS. Alfurqan : 63]

Inilah sifat pertama 'Ibaadurrahman, yaitu mereka berjalan di atas bumi dengan sangat enteng dan ringan, tidak dibuat-buat, tidak sombong atau pun melengos. Mereka tidak berjalan dengan sangat cepat yang menunjuk-kan sikap suka mengentengkan dan kasar, juga tidak berjalan dengan sangat pelan yang menunjukkan sifat malas dan kumal. Tetapi mereka berjalan dengan ringan, penuh dengan semangat, tekad, kelelakian dan jiwa muda.

Seorang 'Ibaadurrahman berjalan di pelosok bumi untuk mencari rizki dan tuntutan hidup dengan penuh kelembutan dalam batasan-batasan yang diperkenankan Allah subhanahu wata'ala kepada mereka, tidak rakus, tamak, menyia-nyiakan kewajiban, melakukan hal-hal yang diharamkan atau pun berbuat mubadzir. Tidak muncul dari mereka sikap keras, melecehkan, sombong, berbangga-bangga dan berbesar diri.

Mereka tidak berbuat kerusakan di muka bumi, mencari ketinggian, lebih mendahulukan keuntungan duniawi yang fana, tidak berusaha semata hanya untuk mengumpulkan harta dan bersenang-senang dengan kenikmatan kehidupan duniawi.

Mereka juga rendah hati terhadap Allah subhanahu wata'ala, lembut dan ringan, tidak angkuh dan sombong. Mereka mendengar firman Allah subhanahu wata'ala, artinya, "Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung."

2. Lemah Lembut

Firman Allah swt, artinya, "Dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan." [QS. Alfurqan : 63]

Ini merupakan sifat ke dua 'Ibaadurrahman, yaitu bila orang-orang jahil mengucapkan ucapan yang buruk, mereka tidak membalas dengan ucapan yang sama tetapi mema'afkan, tidak berkata kecuali yang baik, mereka tidak terpancing oleh kejahilan orang tersebut, tetapi menahan lisan dan emosi mereka.

Mereka memangkas jalan fitnah dan keburukan yang ingin dilakukan orang-orang jahil itu, memadamkan 'kobaran' kejahatan pertama yang andaikata dibalas dengan tindakan yang sama, pastilah apinya akan semakin menyala sehingga bisa menimbulkan perang besar dan kejahatan bergentayangan. Menurut mereka, kepahlawanan bukanlah ditampakkan dengan postur badan yang kuat, berotot, dan mampu menang dalam pertarungan, tetapi kepahlawanan yang hakiki adalah menahan diri ketika marah.

Yang menjadi panutan mereka dalam hal ini adalah Nabi Muhammad shallallahu 'alihi wasallam yang merupakan manusia paling lemah lembut. Salah satu contohnya, "Ketika ada seorang Arab Badui yang datang kepada Rasulullah shallallahu 'alihi wasallamdan berkata kasar, lalu kaum Muslimin marah dan ingin memberinya pelajaran, namun hal itu dicegah oleh beliau. Beliau membalas sikap kasar itu dengan kasih sayang dan lemah lembut." (Hadits Muttafaquh 'alaih)

3. Melakukan Qiyamullail

Firman-Nya, "Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka." [QS. Alfurqan : 64]

Allah swt. menyebut para hamba-Nya sebagai orang yang mencintai malam hari dengan melakukan ibadah. Mereka bangun saat orang-orang sedang terlelap tidur, waspada saat orang-orang lengah, sibuk menyong-song Rabbnya, menggantungkan jiwa dan anggota badan mereka kepada-Nya. Saat orang-orang terlena dan merasa mantap dengan kehidupan duniawi, mereka justeru menginginkan 'Arsy ar-Rahman sebab mereka mengetahui bahwa ibadah di kegelapan malam dapat menjauhkan mereka dari sifat riya' dan minta dipuji. Ibadah di malam hari juga membangkitkan kebahagiaan di hati dan ketenangan bagi jiwa serta penerangan bagi penglihatan mereka.

Saat berdiri di hadapan Allah subhanahu wata'ala dan mengarahkan wajah mereka kepada-Nya, mereka merasakan kelezatan dan kebahagiaan yang tiada tara serta kenikmatan yang tak terkira. Tiada lagi rasa manis setelah manisnya beribadah kepada Allah swt., bermesra, dan melakukan kontak dengan-Nya. Melakukan Qiyamullail merupakan sifat asli 'Ibaadurrahman. Allah subhanahu wata'ala menyebut mereka dengan sifat itu dalam banyak ayat dan menganjurkan para Nabi-Nya untuk melakukan hal itu.

4. Takut Api Neraka

"Dan orang-orang yang berkata, 'Ya Rabb kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasan yang kekal. Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman." [QS. Alfurqan : 65-66]

Sekalipun 'Ibaadurrahman sangat ta'at dan hati mereka dipenuhi dengan ketakwaan namun mereka selalu merasa amalan dan ibadah mereka masih kurang. Mereka tidak melihat hal itu sebagai jaminan dan pemberi rasa aman dari api neraka bila saja tidak mendapatkan curahan karunia dan rahmat-Nya yang dengannya mereka terhindar dari adzab Jahannam. Karena itu, mereka selalu terlihat takut, cemas dan khawatir dengan adzab Jahannam.

Mereka selalu memohon kepada Allah agar Dia menghindarkan mereka dari adzab Jahannam seluruhnya, baik adzab yang dirasakan penghuni abadinya atau pun penghuni semen-taranya. Inilah sifat setiap Mukmin yang bersungguh-sungguh dalam berbuat ta'at dan takut akan adzab Allah swt.

5. Ekonomis Dalam Pengeluaran dan Tidak Boros

"Dan orang-orang yang apabila membe-lanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian." [QS. Alfurqan : 67]

'Ibaadurrahman bukanlah orang-orang yang berbuat mubadzir, membelanjakan harta melewati batas keperluan sebab mereka mengetahui benar bahwa boros akan merusak jiwa dan harta. Orang-orang yang berbuat mubadzir adalah saudara-saudara syetan. Syetan selalu menyuruh berbuat keji dan munkar. Mereka juga mengetahui bahwa mereka bertanggung jawab di hadapan Allah subhanahu wata'ala terhadap harta mereka; dari mana mereka peroleh dan kepada siapa mereka infakkan.

Mereka juga tidak pernah kikir terhadap diri sendiri dan keluarga mereka, dalam arti teledor memberikan hak mereka dan tidak berinfaq untuk hal yang telah diwajibkan Allah subhanahu wata'ala, sebab mereka mengetahui bahwa Allah subhanahu wata'ala telah mencela kekikiran dan sifat bakhil. Jiwa nan suci menilai buruk sifat bakhil dan menghindari pelakunya.

Metode berinfaq 'Ibaadurrahman adalah moderat dan menengah, antara bakhil dan boros. Mereka berada di puncak pertengahan antara boros dan bakhil. Mereka meletakkan ayat Allah subhanahu wata'ala berikut di hadapan mata mereka, artinya,

"Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal." (QS. Al-Isra':29)

Yakni janganlah kamu bakhil, sehingga tidak mau memberi sesuatu kepada siapapun dan janganlah pula boros dalam mengeluarkan harta, sehingga memberi di atas kemampuanmu dan mengeluarkannya melebihi pendapatanmu.

MENYESAL SAAT SAKARATUL MAUT

Alkisah ada seorang sahabat Nabi bernama Sya’ban RA.

Ia adalah seorang sahabat yang tidak menonjol dibandingkan sahabat-sahabat yang lain.
Namun, Ada suatu kebiasaan unik dari beliau yaitu setiap masuk masjid sebelum sholat berjamaah dimulai dia selalu beritikaf di pojok depan masjid.
Dia mengambil posisi di pojok bukan karena supaya mudah bersandaran atau tidur, namun karena tidak mau mengganggu orang lain dan tak mau terganggu oleh orang lain dalam beribadah.

Kebiasaan ini sudah dipahami oleh sahabat bahkan oleh Rasulullah SAW, bahwa Sya’ban RA selalu berada di posisi tersebut termasuk saat sholat berjamaah.

Suatu pagi saat sholat subuh berjamaah akan dimulai RasululLah SAW mendapati bahwa Sya’ban RA tidak berada di posisinya seperti biasa. Nabi pun bertanya kepada jamaah yang hadir apakah ada yang melihat Sya’ban RA.

Namun tak seorangpun jamaah yang melihat Sya’ban RA. Sholat subuhpun ditunda sejenak untuk menunggu kehadiran Sya’ban RA. Namun yang ditunggu belum juga datang. Khawatir sholat subuh kesiangan, Nabi memutuskan untuk segera melaksanakan sholat subuh berjamaah.

Selesai sholat subuh, Nabi bertanya apa ada yang mengetahui kabar dari Sya’ban RA.
Namun tak ada seorang pun yang menjawab.
Nabi bertanya lagi apa ada yang mengetahui di mana rumah Sya’ban RA.

Kali ini seorang sahabat mengangkat tangan dan mengatakan bahwa dia mengetahui persis di mana rumah Sya’ban RA.
Nabi yang khawatir terjadi sesuatu dengan Sya’ban RA meminta diantarkan ke rumahnya.
Perjalanan dengan jalan kaki cukup lama ditempuh oleh Nabi dan rombongan sebelum sampai ke rumah yang dimaksud.
Rombongan Nabi sampai ke sana saat waktu afdol untuk sholat dhuha (kira-kira 3 jam perjalanan).

Sampai di depan rumah tersebut Nabi mengucapkan salam.
Dan keluarlah seorang wanita sambil membalas salam tersebut.

“Benarkah ini rumah Sya’ban?” Nabi bertanya.

“Ya benar,  saya istrinya” jawab wanita tersebut.

“Bolehkah kami menemui Sya’ban, yang tadi tidak hadir saat sholat subuh di masjid?”

Dengan berlinangan air mata istri Sya’ban RA menjawab:
“Beliau telah meninggal tadi pagi..."

InnaliLahi wainna ilaihirojiun… Maasya Allah, satu-satunya penyebab dia tidak sholat subuh berjamaah adalah karena ajal sudah menjemputnya.

Beberapa saat kemudian istri Sya’ban bertanya kepada Rasul
“ Ya Rasul ada sesuatu yang jadi tanda tanya bagi kami semua, yaitu menjelang kematiannya dia berteriak tiga kali dengan masing-masing teriakan disertai satu kalimat.
Kami semua tidak paham apa maksudnya."

“Apa saja kalimat yang diucapkannya?” tanya Rasul.

Di masing-masing teriakannya dia berucap kalimat:

“ Aduuuh kenapa tidak lebih jauh……”

“ Aduuuh kenapa tidak yang baru……. “

“ Aduuuh kenapa tidak semua……”

Nabi pun melantukan ayat yang terdapat dalam surat Qaaf (50) ayat 22 :

“Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan dari padamu hijab (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam.“

Saat Sya’ban dalam keadaan sakratul maut, perjalanan hidupnya ditayangkan ulang oleh Allah.
Bukan cuma itu, semua ganjaran dari perbuatannya diperlihatkan oleh Allah.
Apa yang dilihat oleh Sya’ban (dan orang yang sakratul maut) tidak bisa disaksikan oleh yang lain.
Dalam pandangannya yang tajam itu Sya’ban melihat suatu adegan di mana kesehariannya dia pergi pulang ke masjid untuk sholat berjamaah lima waktu.
Perjalanan sekitar 3 jam jalan kaki sudah tentu bukanlah jarak yg dekat.
Dalam tayangan itu pula Sya’ban RA diperlihatkan pahala yang diperolehnya dari langkah-langkah nya ke Masjid.
Dia melihat seperti apa bentuk surga ganjarannya.

Saat melihat itu dia berucap:
“ Aduuuh kenapa tidak lebih jauh……”
Timbul penyesalan dalam diri Sya’ban, mengapa rumahnya tidak lebih jauh lagi supaya pahala yang didapatkan lebih banyak dan sorga yang didapatkan lebih indah.

Dalam penggalan berikutnya Sya’ban melihat saat ia akan berangkat sholat berjamaah di musim dingin. Saat ia membuka pintu berhembuslah angin dingin yang menusuk tulang. Dia masuk kembali ke rumahnya dan mengambil satu baju lagi untuk dipakainya. Jadi dia memakai dua buah baju.
Sya’ban sengaja memakai pakaian yang bagus (baru) di dalam dan yang jelek (butut) di luar.
Pikirnya jika kena debu, sudah tentu yang kena hanyalah baju yang luar. Sampai di masjid dia bisa membuka baju luar dan solat dengan baju yang lebih bagus.
Dalam perjalanan ke masjid dia menemukan seseorang yang terbaring kedinginan dalam kondisi mengenaskan.
Sya’ban pun iba, lalu segera membuka baju yang paling luar dan dipakaikan kepada orang tersebut dan memapahnya untuk bersama-bersama ke masjid melakukan sholat berjamaah.
Orang itupun terselamatkan dari
mati kedinginan dan bahkan sempat melakukan sholat berjamaah.

Sya’ban pun kemudian melihat indahnya sorga yang sebagai balasan memakaikan baju bututnya kepada orang tersebut.
Kemudian dia berteriak lagi:
“ Aduuuh kenapa tidak yang baru...“
Timbul lagi penyesalan di benak Sya’ban.  Jika dengan baju butut saja bisa mengantarkannya mendapat pahala yang begitu besar, sudah tentu ia akan mendapat yg lebih besar lagi seandainya ia memakaikan baju yang baru.

Berikutnya Sya’ban melihat lagi suatu adegan saat dia hendak sarapan dengan roti yang dimakan dengan cara mencelupkan dulu ke segelas susu.
Ketika baru saja hendak memulai sarapan, muncullah pengemis di depan pintu yang meminta diberi sedikit roti karena sudah lebih 3 hari perutnya tidak diisi makanan.
Melihat hal tersebut. Sya’ban merasa iba. Ia kemudian membagi dua roti itu sama besar, demikian pula segelas susu itu pun dibagi dua.
Kemudian mereka makan bersama-sama roti itu yang sebelumnya dicelupkan susu, dengan porsi yang sama.
Allah kemudian memperlihatkan ganjaran dari perbuatan Sya’ban RA dengan surga yang indah.
Demi melihat itu diapun berteriak
lagi:
“ Aduuuh kenapa tidak semua……”

Sya’ban kembali menyesal .
Seandainya dia memberikan semua roti itu kepada pengemis tersebut tentulah dia akan mendapat surga yang lebih indah.

Masyaallah, Sya’ban bukan menyesali perbuatannya, tapi menyesali mengapa tidak optimal.
Sesungguhnya semua kita nanti pada saat sakratul maut akan menyesal tentu dengan kadar yang berbeda, bahkan ada yang meminta untuk ditunda matinya karena pada saat itu barulah terlihat dengan jelas konsekwensi dari semua perbuatannya di dunia.
Mereka meminta untuk ditunda sesaat karena ingin bersedekah.
Namun kematian akan datang pada waktunya, tidak dapat dimajukan dan tidak dapat dimundurkan.

Sering sekali kita mendengar ungkapan hadits berikut:

"Sholat Isya berjamaah pahalanya sama dengan sholat separuh malam."

“Sholat Subuh berjamaah pahalanya sama dengan sholat sepanjang malam.”

“Dua rakaat sebelum Shubuh lebih baik dari pada dunia dan isinya.”

Namun lihatlah... masjid tetap saja lengang. Seolah kita tidak percaya kepada janji Allah.

Mengapa demikian?
Karena apa yang dijanjikan Allah itu tidak terlihat oleh mata kita pada situasi normal.

Mata kita tertutupi oleh suatu hijab. Karena tidak terlihat, maka yang berperan adalah iman dan keyakinan bahwa janji Allah tidak pernah meleset.
Allah akan membuka hijab itu pada saatnya. Saat ketika nafas sudah sampai di tenggorokan.

Sya’ban RA telah menginspirasi kita bagaimana seharusnya menyikapi janji Allah tersebut.

Dia ternyata tetap menyesal sebagaimana halnya kita pun juga akan menyesal.
Namun penyesalannya bukanlah karena tidak menjalankan perintah Allah SWT.
Penyesalannya karena tidak melakukan kebaikan dengan optimal.

PROGRAM BEASISWA S1 STIQ AN-NUR YOGYAKARTA 2017

Assalamualaikum, wr.wb.
Yth: Ketua Ormas, Organisasi Keagamaan, lembaga, institusi, Kepala Sekolah, Pimpinan Pondok Pesantren, dn seluruh Rakyat Indonesia.

STIQ (Sekolah Tinggi Ilmu Al Qur'an ) An-Nur Memangil kader terbaik di seluruh Indonesia untuk ikut seleksi program beasiswa S1:

🎓Bidik Misi (proses)
🎓Beasiswa Miskin (proses)
🎓Beasiswa Prestasi
🎓Beasiswa Tahfidz
🎓Beasiswa prodi ILHA

Pada Prodi Pilihan:
1. PAI : Pendidikan Agama Islam.
2. PGMI: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
3. IAT: Ilmu Al-Quran dan Tafsir
4. ILHA: Ilmu Hadits.
5. Es: ekonomi Syariah
6. Ps: Perbankan Syariah
✅Bagi Mahasiswa Pendaftar utama mendapatkan Al-Quran GRATIS

✅ tersedia asrama mahsiswa pesantren tahfiq al quran

🏃�🏃�🏃Pendaftaran dibuka mulai tgl.3 Januari-25 Agustus 2017. Ada pun syarat dan ketentuan lebih lanjut bisa mengunjungi di website www.stiq.ac.id
Telp.0274-6469012 dan
Cp/WA. 0856-4316-4891(bram)

KITAB AL-‘ILM’ DARI IHYA’ ULUM AL-DIN OLEH IMAM AL-GHAZALI

Kitab Ihya’ Ulum al-Din adalah antara karya agung Imam al-Ghazali bahkan boleh dikatakan karya agung dalam sejarah kesusastraan Islam. Sehingga kini, tiada sebuah karya yang komprehensif yang bisa menandingi Ihya’ khususnya dalam aspek mengemukakan kerangka penyelesaian permasalahan kerohanian dan hal kehidupan umat Islam.

Tidak berlebihan jika dikatakan bahawa hal yang melatarbelakangi penulisan Ihya’ banyak persamaannya dengan apa yang dihadapi oleh umat Islam zaman ini.
Golongan yang dikelompokkan sebagai ilmuwan kini, banyak yang keliru apalagi orang awam. Pemahaman dan tafsiran Islam secara terpisah-pisah, dikotomis, sembarang, ego, hawa nafsu, tanpa kajian yang mendalam serta kerangka kesatuan menjadikan pemahaman dan amalan Islam yang sempit.

Penekanan terhadap persoalan hukum-hukum secara tidak adil dan tepat, kecenderungan memperdebatkan isu-isu yang tidak menyumbang kepada pembangunan ilmiah dan kemajuan Islam yang sempurna serta pengekploitasian pendekatan retorik yang berlebihan dan kosong banyak menyumbang kepada fenomena ini. Akhirnya kekeliruan dalam pelbagai aspek kehidupan berleluasa atas nama ilmu.

Tambahan pula, para ilmuwan pewaris Nabi s.a.w. sudah berkurang, dan sebaliknya para ulama jadian, ulama karbitan dan Ulama Dunia diangkat memimpin. Hal Ini telah pernah tetjadi di zaman Imam al-Ghazali sekitar 1000 tahun yang lalu Dan pastinya ia lebih parah pada masa kita kini.

Kesemua krisis ini adalah diantara faktor yang mendorong Ihya’ ditulis. Penulisan Ihya’ bukan suatu penulisan yang berupa latihan aqli semata-mata namun misinya jelas untuk menyumbang kepada penyelesaian kemelut manusia di dunia ini. Dengan suatu kerangka yang komprehensif Ihya’ mengemukakan jalan penyelesaiannya. Dasar permasalahan dikenal pasti, jelas dan tahap serta prosesnya disusun dan diperincikan secara mendasar.

Dalam pendahuluan Kitab Ihya’, Imam al-Ghazali mengungkapkan betapa ramai di kalangan para penggiat ilmu yang keliru dan seakan tidak mampu mengenal pasti yang mana dan apakah ilmu yang benar dan mana pula yang sebaliknya, sehingga terjadilah pelbagai dilemma. Ada yang menganggap kejahilan sebagai ilmu lalu mereka mempertahankannya, dan diwaktu yang sama ada kelompok yang sadar dan insaf tentang ilmu yang benar, lalu ikhlas berusaha memahami dan menghayatinya dengan sebenar-benarnya.

Akan tetapi sayangnya golongan yang seperti ini dianggap sebagai golongan yang tersasar, tersisihkan dan dimarginalkan. Semua ini, pada pandangan Imam al-Ghazali, adalah suatu penyakit yang telah merebak bukan hanya di kalangan para ‘ilmuwan’ (baca: Ilmuwan palsu/ilmuan dunia) bahkan di kalangan masyarakat awam jua. Golongan yang berpenyakit ini tidak mampu menyadari jalan yang benar menuju ke Akhirat, ditambah lagi dengan berkurangnya para Ulama Pewaris Nabi s.a.w. yang dapat dijadikan rujukan dan panduan. Dilain hal pada masa yang sama bertambahnya para ‘ilmuwan’ palsu dan keliru saban hari, diangkat dan ditampilkan, lalu mempengaruhi dan berpengaruh dalam masyarakat yang jahil, sehingga suatu yang munkar diangkat sebagai makruf dan begitu juga sebaliknya.

Hasilnya ilmu-ilmu keagamaan serta sinarnya lesu dan pudar. Hakikat sebenar ilmu dan kefahaman yang sempurna tentang agama dilupakan. Dengan itu penulisan Ihya’ sangat relevan dan pengkajian terhadapnya dalam konteks permasalah umat sekarang ini, sangat membantu dalam rangka mengenal pasti yang komprehensif dalam pemulihan umat Islam.

Imam al-Ghazali menegaskan bahawa jalan menuju Akhirat bisa dibahagikan kepada 2 bahagian yaitu ilmu Mu‘amalat, yang menitikberatkan pada  pengamalan dan penghayatan, dan ilmu Mukashafah, yang menitikberatkan pada pengenalan Allah (ma‘rifatullah). Dari kedua kategori ini, kitab Ihya’ menumpukan kepada kategori Mu‘amalat dan bukannya Mukashafah karena sebagai suatu yang bersifat ‘kurniaan Allah’. Ilmu Mukashafah adalah suatu yang di luar konteks usaha atau jalan sebagaimana ilmu Mu‘amalat.

Oleh karena ilmu Mu‘amalah itu terbagi kepada amalan zahir dan amalan batin. Sedangkan setiap amalan zahir dan batin terbagi masing-masing pula kepada 2 bagian; Zahir kepada Ibadah dan Adat, Batin kepada terpuji dan tercela. Maka keseluruhan kitab Ihya’ disusun berdasarkan pembagian ini.

Ihya’ Ulumuddin dibagi kepada 4 kitab, dan setiap kitab tersusun dari 10 bab. Pembagian ini disusun berdasarkan tuntutan hakiki pembangunan ummah. Misi keberadaan manusia untuk sampai kepada penciptanya digarap dan diolah serta dibahas satu persatu. Ibadah dan hubungan muamalah manusia dibahas, bukan pada nilai zahirnya tetapi ditekankan pada hakikat batinnya yang umumnya diabaikan oleh para fuqaha.

Sifat-sifat tercela yang perlu dijauhi dan sifat-sifat terpuji yang sepatutnya dimiliki diuraikan hakikat, kaedah dan tanda pencapaiannya. Sesungguhnya madrasah Ihya’ adalah madrasah yang benar-benar memandu umat Islam menuju akhirat. Ia adalah madrasah yang coba menempatkan usaha dan jalan kerohanian pada tempat yang sepatutnya, tempat yang dilihat oleh kebanyakan Ulama Dunia sebagai terpencil dan tersisih. Apalagi dalam dunia modern dengan pelbagai kekeliruan dalam pelbagai bidang kehidupan kini.

Semoga Allah SWT merahmati pengarangnya Imam Hujjah al-Islam Abu Hamid al-Ghazali dan semoga sumbangan jariah Ihya’ ini terus dapat dimanfaatkan.