Peserta Ujian Semester-an Mengisi Lembar Jawaban

Suasana keseriusan dan penuh khidmat di kelas ruang ujian pada Ujian Semester Ganjil Tahun 2016.

Para Teachers Ceria dan Semangat dalam Membimbing Belajar

Para Teachers siap memberikan arahan, bimbingan pembelajaran kapan dan dimanapun, di kelas maupun di jam pelajaran.

Apresiasi Peserta Didik dalam Pembelajaran di Ruang Kelas Bersama Teachers

Anak didik tidak merasakan lelah, kebosanan dengan metode pembelajaran yang Active Learning dari para Teacher berpengalaman.

Pendampingan Siswa/i dalam Kegiatan Pembelajaran

Pendampingan terhadap anak didik yang diberikan Teachers merupakan kunci sukses dalam pembelajaran di BIC.

Keharmonisan Para Teacher dengan Sesama Tenaga Pendidik

Menjaga solidaritas dan harmonisasi sesama Tenaga Pendidik sangat memungkinkan berefek baik pada Peserta Didik.

Minggu, 11 Juni 2017

Mutiara Imam #3

Surat Al-Furqan [25] : 1-2

تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَىٰ عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا

Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam,

الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا

yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.

Sabtu, 10 Juni 2017

Mutiara Imam #2

Surat al-Mu'minun [23]: 1-11

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,

الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ

(yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya,

وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ

dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,

وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ

dan orang-orang yang menunaikan zakat,

وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ

dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,

إِلَّا عَلَىٰ أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ

kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.

فَمَنِ ابْتَغَىٰ وَرَاءَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْعَادُونَ

Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.

وَالَّذِينَ هُمْ عَلَىٰ صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ

dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya.

أُولَٰئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ

Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi,

الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

(yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.

Mutiara Ramadhan #4

حَدَّثَنَا ابْنُ سَلَامٍ قَالَ أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ *عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ*
(رواه البخاري).

Artinya:
Dari Abu Hurairah (w. 59 H), bahwasannya Nabi SAW (w 11 H) bersabda: “Barangsiapa yang melaksanakan puasa Ramadhan karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”.
(HR. Bukhari (w. 256 H).

Hikmah Hadits :
Yang dimaksud dengan iman di sini adalah meyakini wajibnya puasa yang dia lakukan. Sedangkan yang dimaksud dengan mengharapkan pahala/ihtisab adalah keinginan mendapatkan balasan pahala hanya dari Allah ta’ala.

Al-Imam al-Nawawi mengatakan bahwa pendapat yang masyhur di kalangan para ulama ahli fikih tentang makna dari dosa-dosa yang diampuni dengan melakukan puasa Ramadhan adalah dosa-dosa kecil saja bukan dosa-dosa besar.

Mutiara Ramadhan #3

Pada suatu masa, Raja Iskandar Zulkarnain beserta pasukannya hendak berangkat menaklukkan suatu daerah. Pagi hari sebelum berangkat, Iskandar Zulkarnain berpesan kepada pasukannya:

"Dalam perjalanan, nanti malam kita akan melintasi sungai. Ambillah apa pun yang terinjak yang ada di sungai itu."

Ketika malam tiba dan pasukan Iskandar Zulkarnain melintasi sungai,

ada 3 golongan prajurit. Golongan  yang pertama tidak mengambil apa pun yang terinjak di sungai karena yakin itu hanya batu.

Golongan yang kedua mengambil alakadarnya yang terinjak di sungai, sekedar mengikuti perintah raja.

Yang ketiga mengambil sebanyak-banyaknya yang terinjak di sungai sehingga tasnya penuh dan kepayahan meneruskan perjalanan karena penuhnya bawaan.

Setelah melanjutkan perjalanan dan tiba pagi hari, Iskandar Zulkarnain bertanya kepada pasukannya, apa yang kalian dapatkan semalam? Ketika para prajurit memeriksa tasnya, ternyata isinya intan berlian.

Prajurit yang tidak mengambil apa-apa sangat menyesalinya.

Prajurit yang mengambil ala kadarnya ada perasaan senang bercampur penyesalan.

Prajurit yang sungguh-sungguh mengambil merasa sangat bahagia.

Cerita tersebut dikutip dari buku Tasawuf Modern karya Buya Hamka.

Kita akan melewati Ramadhan.
Di dalamnya banyak sekali keberkahan.
Dan kita memiliki 3 pilihan.

1. Melewati Ramadhan tanpa mengambil keberkahannya sedikit pun.

2. Melewati Ramadhan dengan mengambil keberkahan ala kadarnya.
Atau

3. Melewati Ramadhan dengan bersungguh-sungguh mengambil keberkahannya, dengan cara memperbanyak ibadah dan amal kebaikan lainnya.

MUTIARA IMAM #1

Surat al-Kahfi [18]: 107 - 110

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّاتُ الفِرْدَوْسِ نُزُلًا

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal,

خَالِدِينَ فِيهَا لَا يَبْغُونَ عَنْهَا حِوَلًا

mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah dari padanya

قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا

Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)".

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".

Selasa, 30 Mei 2017

Mutiara Ramadhan #2

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ أَبِي سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ.
(رواه البخاري)

Artinya :
Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu (59 H.) bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Apabila datang bulan Ramadhan, maka pintu-pintu surga dibuka.
HR. Bukhari (W.251 H)

Hikmah Hadits :
Ulama berbeda pendapat mengenai asal usul penamaan bulan Ramadhan, ada yang mengatakan dinamai bulan Ramadhan karena pada bulan itu dosa-dosa dibakar, hal ini sesuai dengan arti Ramadhan sendiri yaitu "sangat panas". Ada juga yang mengatakan dinamakan bulan Ramadhan karena dahulu permulaan puasa terjadi saat cuaca panas.

Al-Imam Ibn Hajar al-'Asqolani (W.852 H) menjelaskan dalam kitabnya Fath al-Bari makna yang terkandung dalam "dibukanya pintu surga ketika datang bulan ramadhan" adalah Allah membuka lebar kesempatan bagi hamba-Nya agar ta'at kepada-Nya, dimana dengan loyalitas keta'atan kepada-Nya dapat mengantarkan seorang hamba ke surga.

Senin, 29 Mei 2017

Mutiara Ramadhan #1

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: الصِّيَامُ جُنَّةٌ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَجْهَلْ وَإِنْ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ تَعَالَى مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ يَتْرُكُ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِي الصِّيَامُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا. رواه البخاري

Artinya :
Diceritakan dari Abu Hurairah (w.59 H), Bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Salam bersabda: puasa adalah perisai, jika salah seorang kalian berpuasa maka janganlah ia berkata keji dan berteriak-teriak. Dan jika ada orang yang mencacinya atau mengajaknya berkelahi maka hendaklah ia mengatakan "sesungguhnya aku sedang berpuasa" sebanyak dua kali. Dan demi Allah yang jiwa Muhammad ada di tangannya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau misk. Ia meninggalkan makan, minum dan syahwatnya karena puasa untuk-Ku, dan aku yang akan membalasnya, dan kebaikan itu akan digandakan sepuluh kali lipatnya.
HR. al-Bukhari (w.256 H)

Hikmah Hadits :
Dalam hadits ini menceritakan keutamaan berpuasa. Bau mulut orang berpuasa lebih dicintai Allah swt dari pada haruman minyak misk. Bahkan dalam hadits lain dikatakan bahwa neraka itu dikelilingi oleh hal yang berbau syahwat (nafsu).

Salah satu penahan nafsu/ syahwat adalah dengan berpuasa. Dengan begitu puasa merupakan perisai bagi seseorang dari siksaan api neraka.

Apabila kita berpuasa kemudian ada yang mencaci atau berkata kotor, maka hendaknya kita berkata "sesungguhnya aku puasa". Dalam menanggapi hal ini para ulama berbeda pendapat apakah pelafalannya dengan lisan atau hati?

1. Pendapat pertama mengatakan, bahwa seseorang harus mengatakan kalimat diatas dengan lisannya sehingga orang yang menghina karena tidak tahu bahwa ia puasa dapat mengetahui bahwa ia puasa dan orang tersebut dapat menjaga dirinya dari perkataan yang tidak bermanfaat , keji dan kotor.

2. Pendapat kedua mengatakan, bahwa kalimat itu ditunjukan untuk dirinya, "apabila aku puasa maka tidaklah pantas merusak puasanya dengan kebodohan dan menahan dirinya dengan perkataan tersebut" .

3. Pendapat ketiga, membedakan antara puasa sunnah dan wajib. Ketika seseorang berpuasa wajib maka ia mengatakan kalimat tersebut dengan lisannya, namun apabila ia berpuasa sunnah maka perkataan itu untuk dirinya.

Sedangkan menurut imam Syafi’i, perintah itu mengandung dua makna secara bersamaan yaitu mengatakannya dengan lisan untuk memberitahu orang yang menghina, dan dikatakan pada diri sendiri untuk menahan diri dari menghina orang lain.

Ungkapan bahwa bau mulut orang yang berpuasa itu lebih wangi dari misk, menurut Imam Syafi’i hal tersebut merupakan pengibaratan ridha dan qobulnya Allah akan amalan hamba-Nya. Sedangkan menurut Qodhi ‘Iyadh hal tersebut adalah balasan dari Allah atas amalan hamba-Nya.